Kamis, 03 Oktober 2013

Sejarah dan Aneka Motif Batik

Sejarah dan Aneka Motif Batik

BATIK

400px-batik_indonesia1
Maksud dari penulisan ini adalah untuk memperkenalkan pola-pola batik dan motif-motifnya sebagai karya seni yang tinggi.Memperkenalkan bagi mereka yang baru mengetahui tentang batik,dan mengingatkan kembali pada mereka yang pernah mengenal batik namun kurang begitu peduli,mungkin karena belum begitu memahaminya.
Melalui tulisan ini kita nantinya akan membahas tentang pola dan motif batik kuno dan kontemporer/masa kini di berbagai daerah di Indonesia.Perlu ditekankan juga kalau tulisan ini tidak begitu detail dalam membahas tentang batik,melainkan sekedar ‘refresh‘ atau mengingatkan kembali dan memperkenalkan bagi para pemula pemerhati seni batik.Disini nantinya juga sekilas membicarakan tentang sejarah batik dan teknik membatik.Gambar-gambar yang nantinya akan ditampilkan adalah gambar pola dan motif batik tulis kuno,bukan batik cap.Hal ini disebabkan batik cap kurang mencerminkan daya kreatifitas seni batik,bahkan dianggap malah justru yang mematikan kreatifitas tersebut.Juga pola-pola pada batik cap tidak usah dikhawatirkan akan hilang,sebab keawetan cap batik yang terbuat dari tembaga.Lain halnya dengan batik tulis yang pola-pola dan pengetahuannya tersimpan dalam ingatan mereka yang membatik yang mungkin sekali akan hilang bersama mereka apabila tidak didokumentasi dengan baik.Walaupun demikian suatu tulisan yang lengkap juga harus memuat tentang pola-pola batik cap juga.
Batik juga mempunyai hubungan yang erat dengan seni budaya yang lain seperti,wayang,gamelan,keris dan lain-lain.Disini hanya disinggung sepintas saja.Apalagi batik sudah dikenal dan diakui oleh dunia,sehingga sudah selanyaknya kita sebagai pewaris budaya nenek moyang kita ini selalu menjaga dan memelihara dengan sebaik-baiknya.
SEJARAH SINGKAT SENI BATIK
Berbagai pendapat para ahli dikemukakan mulai dari ahli dalam maupun luar negeri.Ada yang mengatakan batik di Indonesia itu mendapat pengaruh dari India bahkan jauh sebelum itu bersumber pada kebudayaan Mesir dan Persia.Ada juga yang berpendapat batik merupakan budaya asli bangsa Indonesia,jauh sebelum mendapat pengaruh dari India-Hindu,salah satunya adalah pendapat J.L Brandes,seorang peneliti dari Belanda.
Penelitian yang membuktikan kalau batik merupakan budaya asli bangsa Indonesia adalah adanya benih-benih teknik yang kemudian menjadi dasar cara membatik yaitu menutup bagian-bagian kain atau bahan lain yang tidak akan diberi warna.Ini tidak terbatas di daerah sekitar Jawa dan Madura saja,yang dianggap mendapat pengaruh Hindu,melainkan di daerah lainnya seperti Toraja,Flores,Halmahera bahkan Irian.
motif-asmat
Contoh motif batik dari Irian (gambar di atas)
Demikian juga teknik pemberian warna dengan cara mencelup merupakan sesuatu yang telah lama dikenal,yang menggunakan bahan-bahan atau zat warna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang hanya tumbuh di kepulauan Indonesia seperti indigo,tarum dan  nila.Nama kerajaan Tarumanegara pada abad 5 Masehi merupakan salah satu contoh petunjuk kita tentang adanya tumbuh-tumbuhan tersebut sejak jaman dahulu kala.Mengkudu(Morinda citrofolia) yang dipakai untuk mendapatkan warna merah adalah tumbuh-tumbuhan yang tidak terdapat di India.Kulit kayu-kayuan yang menghasilkan warna sawo atau lebih dikenal dengan soga (Pelthoporum ferrugineum Benth) berasal dari berbagai pulau,diantaranya Sulawesi.Lilin lebah sebagai bahan utama penutup dalam proses membatik berasal dari daerah Palembang,Sumbawa dan Timor yang terkenal sebagai pusat pemeliharaan lebah madu.Demikian juga damar mata kucing pencampur lilin datang berasal dari Kalimantan dan Sulawesi.Bukti lainnya yang membedakan jika di Indonesia proses pencelupan dalam pewarnaan merah dari mengkudu dengan air dingin,kalau di India proses pewarnaanya dengan cairan panas yang mendidih.Penggunaan alat membatik yang disebut dengan canting tidak terdapat di India Selatan,ini merupakan perbedaan yang besar antara seni batik Indonesia dengan kain-kain berwarna India.Canting lah yang merupakan salah satu sebab tingginya mutu seni batik,yang memperlihatkan keindahan corak yang sama antara sebelah luar dan sebelah dalam.Hal yang tidak dimiliki oleh kain-kain berwarna dari India yang menggunakan stempel atau pena kayu yang hanya memperlihatkan bagian luar saja.
Jika dilihat dari segi pola,hampir semua pola batik di Indonesia terinspirasi dari lingkungan sekitarnya seperti tanaman-tanaman dan binatang yang ada di Indonesia,walaupun dalam perkembanganya juga tidak menafikkan adanya pengaruh-pengaruh budaya asing.Sedangkan pola geometris memperlihatkan garis serta gaya yang dikenal di seluruh Nusantara.
abdi-dalem
Foto Abdi Dalem Kraton Jogakarta zaman dahulu

Pendapat lain mengenai asal-usul batik,adalah pendapat yang mengatakan bahwa seni batik itu asal mulanya dari kraton/istana,buah tangan putri-putri kraton dan para abdi(pelayan istana) wanita.Dalam perkembangannya pola-pola batik yang mengalami penghalusan yang mendalam,antara lain melibatkan kraton/istana di Jawa dan Madura memang berperan besar,namun janganlah menyepelekan peran rakyat/kawula di luar tembok kraton.Sumber-sumber penelitian para ahli terutama dari negara asing memang kebanyakan diambil dari seni batik di dalam lingkungan kraton.Hal ini bisa kita maklumi karena mereka juga merupakan duta-duta dari negara asing yang tentunya harus dihormati dan mendapat kesempatan luas untuk mempelajari seni batik kraton.Dan karena keterbatasan lingkungan pergaulan mereka sehingga membuat mereka kurang memperhatikan seni batik rakyat di luar tembok istana.Atau para pujangga yang menulis tentang seni batik tentunya hanya menuliskan hal-hal yang diketahuinya di dalam istana untuk menyenangkan hati rajanya.Bisa jadi para seniman batik di luar istana yang sudah ternama lalu dipanggil rajanya buat tinggal dan mengajarkan batik pada para puteri kraton dan  abdi wanitanya.Kesimpulannya adalah pola-pola dan motif batik tidak hanya didominasi oleh kalangan istana saja namun rakyat di luar istana pun juga menciptakan pola dan motif batik yang tidak kalah indahnya.Hal ini bisa dilihat di kota Solo(Surakarta) berkembang dua pusat industri batik yang terkenal yang masing-masing mewakili corak atau karakter yang khas sejalan dengan latar belakang sejarahnya yang panjang.Yaitu daerah Kauman yang mewakili corak dan gaya batik kraton karena memang letak daerahnya yang dekat dengan kekuasaan.Dan daerah Laweyan yang mewakili corak atau gayabatik di luar kraton/rakyat,daerah ini konon dahulunya memang tidak mau tunduk pada aturan-aturan kraton,sehingga selalu menampilkan ciri yang berbeda dengan kraton.
Biasanya kraton mengeluarkan peraturan-peraturan yang mengikat yang menjadi pedoman kerajaan,diantaranya dengan mengatur pemakaian corak atau motif-motif  batik tertentu bagi rakyat,pegawai istana,raja dan keluarganya.Corak mana yang boleh dipakai dan mana yang tidak,harus benar-benar ditaati terutama di daerah Surakarta dan Yogyakarta.Peraturan ini semakin mempertegas hirarki kekuasaan dan status sosial,disamping untuk menjaga seni batik kraton agar tidak gampang ditiru di luar istana.
Namun itu tidak berlaku di daerah pesisir pantai utara Jawa seperti Pekalongan,Jepara dan lain-lain.Pola-pola yang dilarang dipakai di kraton Surakarta dan Yogyakarta,malah lazim dipakai oleh rakyat biasa.Mereka tidak terikat oleh aturan/larangan kraton,kehidupannya lebih bebas termasuk dalam menentukan pakaian yang pantas buat mereka.Tampak kehidupan sehari-harinya juga membatik yang merupakan pekerjaan sampingan di saat menunggu datangnya musim menanam padi.Jika datang saatnya untuk turun ke sawah,mereka akan menghentikan pekerjaannya membatik.Hasil-hasil kerajinan batik mereka diperdagangkan luas sampai ke pelosok negeri Nusantara.Penelitian tentang batik rakyat di daerah Trusmi,Cirebon oleh De Kat Angelino pada tahun 1930 telah mengantarkan kita pada suatu kesimpulan bahwa selama beratus-ratus tahun para pengobeng,nama yang diperuntukkan bagi para ibu-ibu pembatik,yang mencari nafkah dengan berkelana dari satu tempat ke tempat lain untuk menjual hasil kerajinannya itu tentunya telah mendapat pengenalan dan pemahaman tentang seni membatik.Demikian juga dengan profesi mencelup biru(medel) atau coklat(nyoga) kebanyakan dikerjakan oleh rakyat biasa di luar kraton yang bahkan menjadi langganan kalangan keluarga istana.
Bahwa semata-mata seni batik itu merupakan buah tangan para puteri kraton juga tidak ada benarnya.Di daerah Cirebon dan Indramayu kaum laki-lakinya juga melakukan pekerjaan seni batik tulis halus.Hal yang sama juga dikerjakan oleh kaum laki-laki di Tembayat(Klaten,Jawa Tengah).
Rouffaer dalam bukunya mengenai batik antara lain menyebutkan sumber tertulis yang tertua berasal dari kerajaan Galuh pada tahun 1520 yang ditulis di daun lontar.Dari sumber ini dia menarik kesimpulan bahwa seni batik pada waktu itu dilakukan oleh pria dan mereka ini dinamakan pelukis,jadi bukan pembatik,sedangkan seni batiknya sendiri dinamakan tulis.
Sumber-sumber dari Jawa Timur pada tahun 1275 menyebutkan beberapa macam pola yaitu pola grinsing.
Kata batik atau membatik baru dengan jelas dipakai dalam Babad Sengkala pada tahun 1633 dan juga dalam Panji Jaya Lengkara pada tahun 1770.Sedangkan sumber yang lebih tua dari kerajaan Galuh yang ditulis di daun lontar itu memakai kata tulis dan lukis.Berdasarkan hal-hal semacam ini dengan melihat pola-pola kuno batik Cirebon yang menggambarkan taman-taman,gunung,dan binatang yang lebih realistis daripada pola-pola di daerah Jawa Tengah dan Timur,dapatlah ditarik kesimpulan bahwa seni batik mungkin berakar dari seni lukis,salah satu bentuk daya cipta penduduk Nusantara yang tertua dan yang sejak dahulu kala dikerjakan oleh para pria.
Kemungkinan sekali dengan masuknya pengaruh agama Islam di Pulau Jawa yang melarang pembuatan gambar-gambar makhluk hidup,para seniman terpaksa mencari jalan keluar untuk menghindari penggambaran secara realistis.Sehingga pola-polanya menjadi bersifat abstraktif.
batik-motif-mega-mendung-khas-cirebonan3

Motif Batik Megamendung dari Cirebon

Mega,awan atau gunung dipakai untuk menyembunyikan makhluk hidup.Di daerah-daerah seperti di Surakarta dan Yogyakarta abstraksi terlihat pada motif-motif sayap.
raden_adjeng_kartini
Raden Ajeng Kartini dengan Suami dalam busana batik

Jadi seni lukis mencoba mempertahankan diri dengan cara bergabung dengan seni hiasan pakaian.Proses pemberian warna dengan pencelupan dan penutupan dipakai juga untuk memperoleh gambar-gambar yang dikehendaki.Tata warna yang sederhana,biru dan merah,yang telah dikenal oleh seni dekorasi bahan pakaian,kemudian disusul dengan warna-warna lain sawo matang dan kuning hijau.motif-cerita-panji-cirebon
Hubungan antara seni lukis Jawa dan seni batik dapat kita lihat dalam ilmu melukis wayang atau dikenal dengan sunggingan.

Lembaran-lembaran wayang beber,salah satu jenis wayang yang tertua,jika kita perhatikan di dalam lukisan wayangnya terdapat motif-motif yang juga ada dalam seni batik.

Gambar di atas adalah lukisan pada wayang beber
Seni lukis yang mirip dengan ini masih kita jumpai di pulau Bali,yang terkenal adalah di daerah Klungkung,dalam bentuk ider-ider atau langse,yaitu kain-kain bergambar penghias dinding.Hubungan seni lukis Jawa dan batik ditunjukkan oleh adanya persamaan beberapa istilah dan pemakaian bahan pewarna seperti indigo(nila) dan kunir.
Walaupun jumlahnya makin berkurang,tapi masih ada juga ahli seni lukis Jawa yang merangkap profesi sebagai pembuat pola-pola batik,juru sungging bahkan juga sebagai ahli gamelan.Hubungan yang erat antara seni batik,lukis jawa,wayang dan gamelan bisa kita mengerti karena masing-masing seni itu saling menopang sejak jaman dahulu.
motif-srikaton-solo2
Motif Batik Srikaton,nama yang sama dengan salah satu nama gendhing Jawa.
Sehingga tidaklah mengherankan kalau ada juga nama-nama pola batik yang dipakai untuk nama gendhing-gendhing gamelan,misalnya Pisan Bali,Udan Liris,Kawung,Cemungkirang,Limar,Pande Lori,Srikaton,dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar