
Peragaan Busana di Luar Negeri dengan Busana Batik
Dengan bergabungnya seni lukis dengan seni dekorasi pakaian,tumbuhlah seni batik yang kita kenal dewasa ini.Kalau dahulu seni lukis berada di tangan pria,maka dengan pertemuan itu menjadi seni yang masuk dalam rumah tangga dan berpindah ke tangan wanita.Dalam perkembangannya,setelah masuknya kain putih(mori) yang didatangkan dari Eropa maka seni batik mengalami penghalusan yang mencapai puncaknya.Kehalusan bahan dasar memungkinkan si pembatik membuat pola-pola dan gambar-gambar yang makin indah,canting begerak dengan lancar tanpa menemui halangan tidak seperti pada kain tenunan yang kasar.

Batik telah mendapatkan pengakuan dari Dunia Internasional
Dalam abad ke-19 muncul persaingan antara batik tulis dengan cap,suatu cara meletakkan lilin di atas kain tidak dengan alat canting melainkan dengan alat cap yang terbuat dari tembaga.Sebenarnya teknik pemakaian dengan alat cap tidak dapat digolongkan ke dalam seni batik.Oleh karena pertimbangan ekonomis dan hasrat mencari uang dengan cepat yang mendesak seni batik halus,sehingga pembuatan batik tulis hanya terbatas pada mereka yang mampu atau yang membatik sebagai pengisi waktu.

Batik telah diakui oleh UNESCO sebagai Kekayaan Budaya Adiluhung dari Indonesia
Suatu teknik modern diperkenalkan dalam pemakaian pewarna kimia yang didatangkan dari luar negeri yang ternyata lebih mudah dalam pemakaiannya juga lebih variatif warnanya,yang mendesak pemakaian zat pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan.Hal ini terjadi sampai dengan pecahnya perang Dunia II.

Tidak Hanya Batik,Kain Tenun buatan Indonesia juga dipakai dalam peragaan busana di Luar Negeri.

Kain Tenun dalam Peragaan Busana
Pada jaman pendudukan Jepang,dikarenakan sukarnya mendapatkan bahan dasar kain putih(mori),maka untuk mencegah pengangguran besar-besaran,perusahaan-perusahaan batik mengalihkan ke dalam pola-pola yang sulit,penuh dengan garis-garis,titik-titik,dan pemberian warna yang berlebihan.Pengaruh asing dengan pola-pola khas mereka tetap dilanjutkan,terutama oleh para pembatik di pesisir pantai utara Pulau Jawa,terutama di daerah Pekalongan,sebagai pusat pembatikan.

Hasil-hasil batik di daerah ini terkenal sebagai batik ‘Jawa Baru‘ atau ‘Jawa Hookokai‘.Nama yang dipakai sesuai dengan situasi waktu di jaman pendudukan Jepang,sehingga tidaklah aneh didapatkan pola-pola baru seperti bunga khas Jepang,yaitu bunga seruni.
Disayangkan perkembangan seni batik menjadi berhenti sesaat pada saat pecahnya perang kemerdekaan dari tahun 1945-1950.Namun sesudah tahun 1950,industri batik tumbuh kembali,ada yang berdiri sendiri,ada juga yang bergabung dalam koperasi-koperasi batik.

Batik dewasa ini telah menjadi bisnis atau industri.Kebutuhan akan batik sudah jauh meningkat,dimana kalau dahulu batik digunakan dalam beberapa macam pakaian adat seperti berupa kain panjang,sarung,kemben,selendang dan dodot,namun sekarang ini batik kegunaannya menjadi bermacam-macam mulai dari alas tempat tidur sampai dengan alas meja dan kemeja.Disamping itu seni batik mengalami semacam ‘demokratisasi‘ mengenai pemakaian polanya,setiap orang bebas memakai pola-pola yang disukainya tanpa larangan yang ketat,pengecualian di dalam lingkungan tembok kraton/istana di Jawa Tengah.Kebutuhan akan permintaan batik yang sangat besar ini mendorong industri-industri batik berusaha memenuhi permintaan masyarakat dengan menghasilkan batik secara cepat dan murah.

Akibat dari berkembangnya perusahaan batik sekarang ini,membuat berkurangnya pembuatan batik tulis halus.Untuk memenuhi kebutuhan pasar,terkadang mengabaikan mutu/kualitas motif dan pola batik.Pola-pola yang dibuat lebih banyak menuruti selera pasar,seperti pola baru dengan warna-warna yang menyolok.Sehingga batik tulis halus sekarang ini hanya dibuat oleh mereka yang mampu dan mempunyai banyak waktu luang.Pembatik-pembatik menjadi kehilangan daya ciptanya,karena selalu harus memenuhi keinginan para pengusaha batik,sesuatu hal yang sangat disayangkan.Hal yang sangat ditakutkan kalau kekayaan pola dan motif seni batik tradisional mengalami kemunduran bahkan menjadi punah.Semoga tidak menjadi kenyataan,maka perlu adanya dukungan dan partisipasi dari masyarakat luas khususnya pemerhati budaya batik untuk selalu memelihara kekayaan seni batik sebagai budaya nasional bangsa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar